Makelar Reskrim Polda Metro Jaya (Diduga)

Makelar Reskrim Polda Metro Jaya (Diduga)
Kongkalikong Dugaan Masy Banten Ratu Atut Chosiyah dan Kapolda Metro Jaya

Mapolda Metro Jaya, Ratu Atut Chosiyah Menjalankan 6 Jam Pemerikasaan

Mapolda Metro Jaya, Ratu Atut Chosiyah Menjalankan 6 Jam Pemerikasaan
Korupsi di Banten & Ijazah Aspal saat Pilkada Banten 2006 Lalu Ratu Atut Chosiyah

Kapolri Bambang Dahuri & Presiden SBY Membiarkan Perampok Menyamun Banten

Kapolri Bambang Dahuri & Presiden SBY Membiarkan Perampok Menyamun Banten
Kapolri Bambang Dahuri & Presiden SBY Membiarkan Perampok Menyamun Banten

Keluarga Perampok Banten Kongsi Presiden SBY

Keluarga Perampok Banten Kongsi Presiden SBY
Chasan Sochib, Ratu Atut Chosiyah, Wawan Sochib, Airin Rachmi DIany Perampok Banten

Selasa, 30 Maret 2010

Niat Menyaingi Artis Marissa Haque, Ratu Atut Chosiyah Bolak-balik ke Singapura Oplas


Diperkirakan akan kalah cantik melawan Marissa Haque dan Zulkieflimansyah pasngannya dari PKS, maka Niat Menyaingi Artis Marissa Haque, Ratu Atut Chosiyah akhirnya terpaksa harus Bolak-balik ke Singapura Oplas untuk memutihkan wajah dan memanjangkan hidungnya.

Sebelum Operasi ketiga, Koleksi Rumah Sakit Kandang Kerbau Singapura, Ratu Atut Tomet.

Memiliki rumah mewah dan wajah cantik Ratu Atut semakin bertahan menahan sakit pisau operasi dan suami yang semakin jauh dari dirinya alias selingkuh.

Jaringan kasus pidana ijazah palsu Ratu Atut Chosiyah dari Universitas Borobudur Jaktim

Korupsi Bapanya Ratut Atut Chosiyah di Pandeglang, Banten 2010


SETELAH 3 tahun, kasus dugaan korupsi pengadaan lahan Karangsari senilai Rp 5 miliar, berkas perkaranya tak kunjung ke Pengadilan Negeri Serang untuk mendapatkan keadilan.Padahal kasus ini menjadi sorotan masyarakat karena diduga kuat melibatkan Atut Chosiyah, Plt Gubernur Banten dan sang ayah tercinta, Chasan Sochib serta pejabat teras di lingkungan Pemprov Banten dan Pemkab Pandeglang.

Kasus ini dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Banten dan Kepolisian Daerah (Polda) Banten pada tahun 2003 dan sampai 2010 ini tak ada titik terang karena Presiden SBY melindungi Ratu Atut Chosiyah dan Bapaknya Chasan Sochib.

Korupsi Karangsari Rp 5 Miliar Terkatung-katung
Pelaporannya adalah Lembaga Advokasi Masalah Publik (LAMP) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Kejaksaan Tinggi (Kejati) Banten memang sudah menetapkan tersangka atas kasus ini, Tantan yang menjabat Pimpro. Namun Atut Chosiyah dan Chasan Sochib tak pernah dimintai keterangan tentang kasus ini yang menggunakan APBD tahun 2002, sehingga berkas perkara itu tidak pernah lengkap dan tidak memenuhi syarat untuk dilimpahkan ke pengadilan.

Kepala Kejati Banten, Kemal Sofyan Nasution melalui Asisten Pengawasannya, AF Basyuni, penyebab tersendat-sendatnya penyelidikan kasus Karangsari adalah terdapat perbedaan antara hasil perhitungan kerugian negara oleh auditor dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan Kejati Banten. Versi BPKP menyebutkan angka Rp 5 miliar, sesuai dengan nomenklatur di APBD. Sedangkan Kejati Banten berpegang teguh pada Rp 3,5 miliar karena hanya uang itu yang digunakan untuk membebaskan lahan Karangsari.Hasil pemeriksaan BPK maupun BPKP memang menyebutkan angka Rp 5,14 miliar, sesuai dengan besaran anggaran yang tercantum dalam APBD 2002.

Di antaranya untuk pembebasan lahan Karangsari Rp 3,5 miliar. Namun sisanya, Rp 1,64 miliar juga menjadi temuan BPK dan BPKP karena tak ada pelaksanaan proyek pelebaran jalan itu.Sebenarnya, Dengan temuan BPK dan perhitungan BPKP itu, Kejati Banten justru mendapatkan dua perkara. Pertama, perkara dugaan korupsi pengadaan lahan Karangsari Rp 3,5 miliar. Kedua, perkara dugaan korupsi pelaksanaan pelebaran Jalan Raya Serang-Pandeglang tahun 2002 yang dinilai tidak dilaksanakan. Kenyataannya, kasus ini terkatung-katung hingga 3 tahun lebih. (tim Banten link)

Setelah Mensos Masuk Penjara Cipinang Kapan Ratu Atut Menyusul ya?

Persahabatan dalam Merampok dengan Santun Indonesia Raya (Ratu atut Chosiyah & Bachtiar Chamsah) dama Presiden SBY 2010.


Setelah Mensos MAsuk Penjara Cipinang Kapan Ratu Atut Menyusul ya?
Kata Mensos Bachtiar Chamsah kepada Ratu Atut Chosiyah adalah Merampok dengan Santun serta Islami! Karena rakyat Indonesia khususnya Banten sangat naif dan lugu dengan segala yang santun dan Islami gampang sekali dibodohi saran sang Mensos yang tersangkut kasus merampok dana pengadaan sapi.

Setelah Mensos Masuk Penjara Cipinang Kapan Ratu Atut Menyusul ya?
Katakan tidak pada upaya merampok dengan cara menjual Islam sperti ini, gara tidak durhaka kita semua masuk dalam distibusi ke neraka.

Sampai propinsi paling ujung di Banten, tangan Presiden SBY sengaja tak merasa perlu membereskan korupsi besar disni karena katanya hanya 5% dari seluruh kerugian negara saja.

Menurut Presiden SBY dikatakan bahwa Ratu Atut Chosiyah itu adalah aset negara, dan gugatan Marissa Haque dan Zulkieflimansyah diamkan saja. Karena mereka hanya debu kecil tak berharga yang sebentar lagi juga mati mereka semua.

Laoran Marissa Haque dan Zulkieflimansyah (PKS dan PDI) atas Pilkada Banten 2006

Menjawab Laoran Marissa Haque dan Zulkieflimansyah atas Dugaan Kecurangan Pilkda Banten 2006:
Warga Banten Desak Digelar Pilkada Susulan




Rabu, 29 November 2006, 05:21:16 WIB

Protes Ke KPUD Gara-gara Tak Bisa Nyoblos Puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Tertindas (ART), kemarin mendatangi kantor KPUD Banten. Mereka menuntut digelar Pilkada susulan karena banyak warga yang tidak bisa mencoblos, gara-gara tidak memiliki kartu pemilih.


“PENCOBLOSAN susulan ha­rus diadakan, jika tidak pencob­lo­san kemarin tidak sah,” teriak sa­lah seorang demonstran. Sementara itu, H.M Mirkibi sa­lah seorang demonstran juga ikut berteriak-teriak di hadapan aparat sambil menunjukkan Kar­tu Tanda Penduduk (KTP). “Sa­ya ini asli penduduk Serang dan saya juga punya KTP yang mas­ih berlaku, kenapa bisa tak ter­daf­tar dalam Pilkada ini,” te­riak­nya. Setelah beberapa saat bero­ra­si, Koordinator Aksi Fauzi Roh­man bernegosiasi dengan aparat.


Ak­hirnya empat orang per­wakilan demonstran yakni Mir­ki­bi, warga Sumur Pecung, Se­rang, Solehah, Supiah dan Tu­mi­nem warga Kampung Baru, Ke­lurahan Ka­dungan, Serang diizin­kan masuk dan diterima ang­gota KPU Banten HM Soc­hari. Menurut Mirkibi dirinya su­dah melaporkan hal ini ke pe­ngu­rus RW dan RT setempat, te­tapi tidak ada tanggapan sama se­kali. Lalu ia meneruskan lapo­ran­nya ke kelurahan, namun te­tap tidak ada tanggapan. Pa­dahal, menurut Mirkibi waktu pe­milihan bupati, dan Pilpres di­ri­nya terdaftar dan bisa nyoblos.


“Ini sangat tidak adil, saya pun ber­hak ikut menentukan nasib Ban­ten,” jelasnya. Hal yang sama juga diungkap­kan Solehah. Menurutnya, di ke­luarganya terdapat empat orang yang seharusnya terdaftar dan bi­sa nyoblos, tetapi kali ini tak sa­tupun bisa nyoblos. “Kalau ter­lewat satu orang sih saya mak­lum, tetapi ini semuanya ng­gak terdaftar,” tuturnya. Peristiwa yang lebih parah dialami oleh Supiah, sembilan anggota keluarganya tak satu pun bisa nyoblos dan hanya bisa gigit jari saat coblosan. Bahkan salah satu perwakilan demon­st­ran menuturkan di perumahan Ta­man Banten Lestari, Kelura­han Unyur tepatnya di RT 4/RW 16 seharusnya lebih da­ri 100 orang bisa nyoblos tapi la­gi-lagi tak dapat nyoblos karena tak masuk dalam DPT.


Menanggapi keluhan warga tersebut, Sochari berjanji KPUD akan menindaklanjuti hal ini dan KPUD akan bekerja sama dengan pihak lain untuk mencari solusi. “Kami tidak bisa memutuskan sendiri mengenai masalah ini, kami harus berkoordinasi terle­bih dahulu dengan pihak lain,” je­lasnya. Sochari juga meminta perwa­ki­lan demonstran untuk mendata warganya yang tidak terdaftar da­lam DPT tetapi perwakilan demonstran menolak hal itu, mereka menilai pendataan itu bukan tugas mereka. RM

Kegagalan SBY di Banten adalah CIntanya kepada Ratu Atut CHosiyah


Cinta Pak SBY pada Ratu Atut Chosiyah membuat Banten Semakin Tak Tersentuh Hukum kata Feri Mursidan Baldan dari Fraksi Golkar baru-baru ini.
Pengurus inti dan kader utama Partai Golkar dari faksi Akbar Tanjung menyatakan dengan sangat serius bahwa SBY luar biasa gagal di Banten karena kejahatan Atut semakin menggila dan keluarga besarnya semakin rakus merampok apa saja yang ada didepan mata mereka!

Kejahatan Pidana Ijazah Aspal Ratu Atut Masih dalam Proses Diepriksa Kapolri Jend Pol Bambang Dahuri

Kejahatan Pidana Ijazah Aspal Ratu Atut Masih dalam Proses Diperiksa Kapolri Jend Pol Bambang Dahuri

Marissa Haque: Saya Masih Melawan Atut

Jumat, 01 Desember 2006, 10:05:51 WIB

Jakarta, Rakyat Merdeka. Upaya artis Marissa Haque menjadi orang nomor dua di Provinsi Banten, tampaknya, semakin sulit terpenuhi. Sebab, perolehan suara bersama pasangan pasangannya Zulkieflimansyah dalam pemilihan gubernur Banten terus tertinggal dari pasangan umbent Ratu Atut Chosiyah-HM Masduki. Setidaknya, perolehan suara tersebut berdasar hasil penghitungan sementara KPUD Banten yang ditutup Kamis kemarin.


Bagaimana komentar Marissa? Sayangnya, istri rocker Ikang Fawzi itu enggan diwawancarai dirumahnya di Jalan W.R. Supratman, Ciputat, Tangerang, Banten. Sekilas, rumah dua lantai bercat kuning tersebut tampak lengang, tanpa pengamanan ketat dan jauh dari kebisingan. Di halaman depan rumah yang berdiri di atas lahan sekitar 25 meter x 60 meter itu, terpasang bendera kebesaran PDIP. "Bendera PDIP memang selalu dipasang di depan rumah itu," kata Sarwidi, pedagang makanan keliling yang setiap hari melintas di depan rumah Marissa. Di sudut lain halaman rumah tersebut, tampak diparkir dua mobil, yakni jenis Volvo 960 bernomor polisi B 1510 MF dan Toyota Avanza B 1147 QX. Kedua mobil itu ditempeli stiker bergambar Zulkiefli-Marissa. Saat tombol bel rumah tersebut dipencet, keluar pria yang mengaku bernama Bambang, asisten Marissa. "Mau ketemu ibu, Mas?" ujarnya. Dia menyatakan, Marissa baru masuk ke rumah setelah mengikuti kuliah program doktoral di IPB (Institut Pertanian Bogor). Dia menjelaskan, saat itu, Marissa sedang beristirahat, sehingga tidak bisa diganggu. "Ibu sedang beristirahat. Apalagi, hari ini, beliau puasa Senin-Kamis. Jadi, butuh istirahat ekstra," katanya. Akhirnya, jawaban hanya diperoleh melalui pesan singkat seluler. "Perjuangan saya melawan kezaliman belum sampai di puncak," ungkap Marissa melalui salah satu SMS balasannya.


"Saya hanya bersedia diwawancara setelah perjuangan saya berhasil," demikian bunyi SMS Marissa berikutnya. "Saya masih melawan si Atut, never give up," tegasnya. Marissa memiliki alasan tersendiri menolak diwawancarai wartawan. "Hampir semua media cetak memelintir ucapan saya," jelasnya. Akhirnya Marissa mengirimkan SMS lagi. "Pulanglah wahai saudaraku, nanti saya kabari bila jawaban dari Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung telah kudapatkan," ungkapnya. Menurut jadwal, Mendagri M. Ma’ruf dan Men PAN Taufiq Effendi akan menerima Marissa pada Senin mendatang. "Allahu Akbar," kata Marissa dalam SMS terakhir. jpnn